Salam Terindah Untukmu, Ya Rasulullah
Suatu subuh, saat terbangun dari tidurnya, Aisyah ra tidak mendapati
suaminya, Rasulullah SAW. Aisyah ra panik dan bingung. Ketika membuka
pintu rumahnya, dia kaget mendapati Rasulullah tidur di depan pintu.
Aisyah lalu bertanya, “Kenapa engkau tidur di luar suamiku?” Rasulullah
SAW lantas menjawab, “Semalam aku pulang telah larut. Aku takut
mengganggu tidurmu. Sehingga, aku tidur di sini.”
Sederhana, namun penghormatan Rasullah SAW kepada istrinya tersebut
menyimpan makna mendalam bagaimana seharusnya suami memperlakukan
istrinya. Selain aktivitasnya dalam berdakwah, Rasulullah SAW tidak
mengabaikan keluarganya. Nabi pun membantu istrinya membersihkan rumah,
memerah susu unta, dan mengasuh cucunya, yakni Hasan dan Husen.
Pernah, Rasulullah dilempari kotoran oleh orang-orang Quraisy, bahkan
dilempari batu hingga wajahnya berdarah. Namun, Nabi menghadapi
perlakuan itu dengan mendoakan mereka. Nabi berdoa, “Ya Allah, ampunilah
mereka. Mereka berbuat seperti itu karena tidak tahu.” Siksaan dan
teror yang menjadi-jadi tidak membuat semangat Nabi SAW dalam berdakwah
surut. Bahkan, Umar bin Khattab yang sangat ditakuti oleh Suku Quraisy
pun menawarkan diri untuk membunuh orang-orang yang mengganggu Nabi,
tapi Nabi melarangnya. Cinta Nabi SAW tidak memandang kepada siapa cinta
itu diberikan. Tak peduli kepada orang yang telah menyakiti beliau
sekalipun. Subhanallah.
Perut Nabi SAW yang kurus dan dibebat kain berisi batu adalah hal
yang membuat miris para sahabat pada saat-saat menjelang Nabi SW wafat.
Betapa tidak, jika Rasulullah SAW mau, harta, kedudukan, uang, dan
makanan paling lezat pun siap tersaji untuknya. Namun, Rasulullah pun
menolak kenikmatan itu semua. Rasulullah SAW tidak mau dilebihkan hanya
karena dia seorang pemimpin. Mencintai kaum fakir miskin, dekat dengan
anak-anak yatim, sopan dalam berhadapan dengan siapa saja, dan santun
segala tindak tanduknya menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin yang
disegani oleh siapa pun.
Kini, telah ratusan abad Rasulullah SAW meninggalkan umatnya, umat
akhir zaman. Namun, kelembutan dan cinta Nabi SAW kepada umatnya tetap
menjadi sejarah yang tak akan bisa lekang ditelan zaman sampai kiamat
datang. Dia mewariskan kepribadian agung serta dua titipan untuk
dijadikan pedoman hidup, yakni Alquran dan sunahnya.
Angin berembus tenang menyapu padang pasir yang mahaluas. Bila malam
tiba, cahaya bintang mengangguk ramah ditemani rembulan yang memancar
keindahan akhlak Nabi SAW. Menabur cinta sepanjang masa. Alam berzikir.
Dan menitipkan salam paling mesra kepada Rasulullah SAW. Jatuhan tetes
air mata tak mudah terbendung mengenang perjuangan dan pengorbanannya.
“Kami merindukanmu, yaa Rasulullah..”
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sahbihi wasallim.