"Pertolongan Allah Dari Sisi Lain"
Karunia pertolongan
ALLAH Azza wa Jalla terkadang “definisi”-nya tidak mesti sama dengan apa
yang terpikir dalam benak dan terbetik dalam untaian harapan kita. Bisa
jadi apa yang kita artikan dan kita dambakan lewat doa ataupun cetusan
hati itu berupa ‘A’, ternyata yang datang berbentuk ‘B’. Sayangnya, kita
kerapkali tidak menyadarinya. Kita anggap bahwa ALLAH tidak menolong
kendati sudah ‘habis-habisan’ berdoa.
Akan tetapi, bagi orang yang sudah memiliki makifat, tentulah tidak akan
atau setidaknya tidak akan berlama-lama terjebak dalam buruk sangka
seperti itu. Dia akan diberi kesanggupan oleh ALLAH untuk dapat
menangkap hikmah dibalik setiap kejadian. Dan oleh karena itu, cepat
atau lambat akan segera disadarinya bahwa ALLAH Azza wa Jalla sama
sekali tidak akan pernah lalai dalam mengurus hamba-Nya dan tidak akan
pernah lupa untuk mengabulkna doa-doanya.
Ketika suatu waktu kita ingin pertolongan ALLAH dan ternyata
pertolongan itu belum datang juga seperti yang kita inginkan, namun kita
tetap bisa berdoa dan shalat tahajud, maka itu pun harus membuat kita
puas. Mengapa? Sebab, karunia ALLAH tidak harus berbentuk material
seperti yang kita inginkan. Kita bisa berdoa, kita bisa tahajud, dan
kita bisa tetap bersungguh-sungguh dalam meminta, itu pun merupakan
karunia besar. Bahkan bisa jadi lebih besar daripada apa yang yang kita
minta, baik berupa uang ataupun aneka bentuk pertolongan lainnya.
Ketika kita diuji dengan lilitan hutang, misalnya, lantas kita
setiap malam menangis dan berdoa, “Ya, ALLAH. Sesungguhnya hanya
Engkaulah yang Mahakaya. Jagat raya alam semesta ini sungguh milik-Mu.
Bayangkanlah hutangku, ya Rabb.” Akan tetapi, ketika ternyata
hutang-hutang itu tak bisa terbayarkan juga, maka bukanlah itu berarti
doa kita tidak dikabulkan-Nya. Sesungguhnya, kesanggupan kita untuk
bangun setiap malam dan memanjatkan doa dengan penuh harap, ini pun
karunia ALLAH yang amat besar. Apa sih artinya hutang bagi ALLAH yang
Mahakaya? Mungkin dengan hutang itu ALLAH justru sedang menjerat seorang
hamba-Nya agar semakin dekat kepada-Nya.
“Ya, ALLAH. Usahaku saat ini sedang macet. Tolonglah, ya ALLAH.
Bukanlah Engkau Mahakaya, Pemiliki segalanya?” Subhanallah. Bukankah
sangat jarang kata-kata seperti ini terucap dari lisan seseorang ketika
dia sedang dalam keadaan makmur? Sungguh mahal kata-kata makrifat
seperti itu, yang bisa jadi terlontar dari lisan kita justru tatkala
kita sedang dalam kesusahan. Nah, siapa tahu itu merupakan karunia yang
lebih besar daripada dilapangkan seketika oleh ALLAH. Jadi, kita
terus-menerus memohon, menghiba-hiba, dan dengan sekuat tenaga
memaksakan diri mendekat kepada ALLOH, itu pun adalah karunia ALLAH yang
lebih besar dari pada yang kita mintakan dalam doa.
Anda datang menghadiri pengajian di majlis taklim karena suatu
kesulitan dan kesempatan yang tengah di hadapi, lalu anda dengarkan
ceramah sang mubaligh; itu lebih baik daripada doa yang kita minta.
Karena dengan cara ini mungkin lebih banyak yang terselesaikan daripada
satu penyelesaian masalah yang kita mintakan dalam doa.
Anda
minta dimudahkan urusan oleh ALLAH tetapi malah diberi ilmu; bisa jadi
itu lebih manfaat daripada kemudahan urusan yang anda cari. Karena,
dengan ilmu justru lebih banyak urusan yang bisa terselesaikan. Demikian
juga bila anda sedang mempunyai masalah dengan tetangga atau orang tua,
tetapi Anda telah datang kepada ulama untuk menuntut ilmu; itu ‘kan
merupakan masalah yang dapat membuat kita menjadi lebih baik.
Walhasil, janganlah takut oleh suatu masalah karena pertolongan ALLAH
itu teramat dekat. Dan bentuknya yang mahal adalah ketika kita berubah
menjadi semakin taat kepada ALLAH. Sekali lagi, semua itu adalah karunia
yang jauh lebih besar daripada yang kita minta.