”Dua Hal Yang
Harus Dilupakan Dalam Hidup Adalah Kebaikan Kita Kepada Orang Lain Dan
Kesalahan Orang Lain Terhadap Kita”
Bila kita
mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk berbuat baik LAKUKANLAH...
Karena banyak
orang yang mempunyai kemampuan Tetapi tidak memiliki kesempatan.
Demikian juga
banyak yang mempunyai kesempatan tetapi tidak punya kemampuan untuk melakukan
kebaikan.
Dahulu disebuah perkampungan tinggal
seorang nenek yang sudah sangat tua. Namun kondisi tubuhnya masih sangat sehat.
Walaupun usianya sudah lanjut dirinya masih bisa mencari nafkah sendiri.
Walaupun hidup sendiri, dirinya tidak pernah terlihat sedih. Setiap waktu
bibirnya selalu mengembangkan senyum dan raut mukanya ceria.
Nenek ini tidak menjadi beban para
tetangga, sebaliknya para tetangga menjadikan beliau sebagai tempat mencari
jalan keluar untuk berbagai masalah, karena Sang nenek memang terkenal suka
membantu terhadap sesama, beliau akan memberikan bantuan sebanyak yang ia bisa.
Kalau memang harus memberikan bantuan berupa materi, ketika ia punya dirinya
tak segan-segan memberikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya orang
yang tidak mampu saja yang sering minta bantuan kepada Sang nenek, banyak juga
orang kaya bahkan pejabat setempat mendatanginya untuk sekedar meminta nasehat.
Masyarakat setempat sangat mengagumi dan menghormati Sang nenek mulai dari
anak-anak sampai dengan orang tua.
Suatu hari
dirinya pun didatangi seorang pejabat desa setempat, pejabat ini terkenal
sangat dermawan. Namun pejabat ini tetap merasakan pamornya kalah dengan Sang
nenek. Ia merasakan apa yang dilakukan jauh melebihi sang nenek.
Ia selalu
membantu rakyatnya yang kesusahan dan ia merasakan apa yang didapat tidak
setimpal. Hatinya sangat gelisah dan pejabat ingin mencari tahu apa yang
diperbuat nenek sehingga Sang nenek mendapatkan simpati yang melebihi dirinya.
”Nenek aku ingin
tahu rahasia nenek sehingga nenek begitu dihormati disini ?” Tanya pejabat.
”Nenek tidak
melakukan apa-apa” Jawab nenek dengan gaya khasnya yang selalu tersenyum tulus
kepada siapa saja.
”Aku benar-benar
ingin tahu nenek, Aku merasakan aku sudah berusaha yang terbaik untuk rakyatku
tetapi mengapa aku masih tetap saja gelisah. Bukankah kata orang-orang bahwa
yang selalu berbuat baik hidupnya akan tenang”
”Itu betul tuan
pejabat” Nenek menjawab singkat.
”Kalau berbicara
kebaikan aku yakin aku jauh lebih banyak berbuat baik dibandingkan nenek. Tapi
bagiku bisa membantu orang merupakan satu karunia terbesar yang harus aku
syukuri”
”Itu juga betul
tuan pejabat”
”Aku bisa
merasakan dan sangat yakin hidup nenek jauh lebih tentram dan bahagia dari aku”
Tuan pejabat makin gelisah.
”Lagi-lagi tuan
pejabat betul” Sang nenek memberikan jawaban yang sama dan pembawaannya juga
tetap tenang.
”Mengapa bisa
demikian?” Airmuka pejabat mulai berubah. Wibawa Sang pejabat hampir tidak
terlihat dan berganti sosok yang memelas yang lagi membutuhkan pertolongan.
”Apakah tuan
pejabat benar-benar ingin tahu penyebab kegalauan tuan?” Sang nenek pun
melontarkan pertanyaan.
”Iya nek” Balas
tuan pejabat.
Sesungguhnya
nenekpun belum tahu apa penyebabnya, yang bisa nenek lakukan adalah mencari
akar permasalahan yang menyebabkan tuan gelisah” Kali ini nenek berbicara
dengan nada yang sangat berwibawa. Dan kewibawaannya semakin membuat si pejabat
ciut.
”Baiklah, nenek
ingin tanya hari ini tuan sudah berbuat kebaikan apa saja dan kejahatan atau
kesalahan orang lain apa yang diterima tuan ?” Nenek menatap dalam-dalam
sedangkan tuan pejabat tidak berani membalas tatapan Sang nenek. Ia tertunduk
sedih.
”Hari ini aku
telah membantu sebuah keluarga yang kelaparan. Aku terharu melihat mereka
menitik air mata saat menerima bantuan dariku, tapi yang membuatku kesal saat
aku menuju kesini ditengah jalan aku bertemu seorang yang terpeleset dijalan,
aku menolongnya, dia bukannya berterimakasih malah memaki-maki aku dengan kata
yang kasar katanya aku jadi pejabat tidak becus. Masa, jalan lagi rusak tidak
diperbaiki. Padahal kondisi jalan sama sekali tidak rusak. Aku benar-benar tidak
bisa diterima, air susu dibalas dengan air tuba” Jelas pejabat panjang lebar.
”Lupakan itu
semua maka hidup tuan akan tenang”
”Maksud nenek?”
Tuan pejabat makin bingung.
”Lupakan kebaikan
kita kepada orang lain dan juga lupakan kesalahan orang lain terhadap kita”
Akhirnya tuan
pejabatpun paham apa yang membuat dirinya tidak tenang dan mengapa hidup Sang
nenek begitu dihormati. Tuan pejabat pun berpamitan pulang dan ia telah
menemukan kunci hidup tentram. Setelah itu, wajah tuan pejabat pun selalu
terlihat ceria dan mengembangkan senyum. Dirinya pun tidak mengingat
kebaikannya dan kesalahan orang lain.
Berbuat baik itu
mulia, mampu memaafkan jauh lebih mulia
”Kebaikan Akan
Kehilangan Nilai Luhurnya Jika Mengharapkan Pamrih, Dan Kesalahan Orang Lain
Pun Akan Membawa Berkah Jika Kita Bisa Memaafkan”
Sahabat.......,
Menolong orang lain atau berbuat
kebaikan harus dari hati. Dan juga harus dengan niat benar-benar ingin berbuat
baik tanpa mengharapkan balasan atau pamrih, karena apabila kita berbuat
mengharapkan puji-puji dari orang lain maka nilai kebaikan yang kita perbuat
akan kehilangan keluhurannya. Bahkan lebih dari itu apabila satu harapan untuk
mendapatkan balasan tidak terpenuhi akan menyebabkan hati kita tidak bisa
terima dan merasa apa yang kita lakukan hanyalah sia-sia.
Demikian juga dengan kesalahan orang
lain kita harus bisa memaafkan dan melupakan. Karena jika tidak, kesalahan
orang lain akan menjadi momok dalam batin yang akhirnya akan melahirkan dendam,
dendam akan terus menghasut hati dan pikiran kita untuk melakukan satu
pembalasan. Hal ini sangat tidak menguntungkan buat kita, banyak energi yang
terbuat sia-sia untuk memikirkan cara membalas kejahatan dengan kejahatan,
meskipun kejahatan sudah terbalaskan dengan beribu-ribu lipat kejahatan tetap
saja tidak akan membuat sanubari kita menjadi tenang.
Mengingat kebaikan kita dan
kesalahan orang lain bukan tidak mungkin akan menimbulkan satu penyakit jiwa
dan fisik, memikirkan kebaikan kita tidak di hargai dan pelecehan orang lain
akan menyebabkan kita susah tidur dan tidak ada nafsu makan, bukankah akan
merusak lahiriah dan batiniah?.
Melupakan kebaikan kita membuat kita
tidak berharap lebih dan melupakan kesalahan orang lain akan membunuh akar
dendam yang otomatis membuat kita hidup tenang.
Seperti kisah diatas, penyebab
kegelisahan tuan pejabat tidak berasal dari mana-mana tetapi dari hatinya
sendiri. Dan ketentraman Sang nenek pun berasal dari hati dan pikirannya
sendiri, tidak ada niat untuk menjadi orang yang mulia yang juga membuat dirinya
menjadi mulia.
Berbuat baik terhadap sesama adalah
kewajiban yang tidak perlu ada hitung-hitungan. Dan bersyukurlah kita yang
diberi kesempatan untuk berbuat baik. Lihatlah berapa banyak orang yang ingin
berbuat baik tetapi tidak mempunyai kesempatan. Mereka yang terbaring tidak
berdaya, mereka yang tidak punya apa-apa saat melihat pengemis datang
kepadanya, hanya ada niat tetapi tidak mempunyai kemampuan. Namun itu masih
lebih baik dari pada mereka yang bisa menolong tetapi enggan melakukannya. Menolong
orang lain atau berbuat baik pun tidak selalu dengan materi, kita bisa membantu
dengan tenaga, pikiran bahkan hanya dengan menjadi pendengar yang baik yang
sedikit berbicara ketika orang lain menceritakan beban hidupnya.
Dan di Dunia ini pun tidak ada orang
yang tidak pernah berbuat salah. Jika kita tidak bisa melupakan kesalahan orang
lain terhadap kita, sepanjang hidup berapa banyak orang yang pernah berbuat
salah kepada kita. Jika dibiarkan bukankah dendam akan menumpuk dihati kita
yang akan merusak diri kita sendiri.
Sahabat.......,
Berbuat baik
sekecil apapun lalu lupakan. Dan sebesar apapun kesalahan orang lain kitapun
tidak perlu mengingatnya.
Sebelum kita
menghitung kebaikan yang telah dilakukan sebaiknya terlebih dahulu kita harus
menghitung kesalahan yang pernah diperbuat.
Suatu ketika
seorang pria bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka
Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan
orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
(QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau
harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang
kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)
Allah berfirman
dalam Hadits Qudsi yang artinya : " Nabi Musa a.s telah bertanya kepada
Allah : " Ya Rabbi ! siapakah diantara hamba-MU yang lebih mulia menurut
pandangan-Mu ?" Allah berfirman :" Ialah orang yang apabila berkuasa
(menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan." (Kharaithi dari Abu
Hurairah r.a)
Dalam Perang Uhud
Rasulullah mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya.
berkatalah salah seorang sahabatnya :" Cobalah tuan doakan agar mereka
celaka." Rasulullah menjawab :"Aku sekali kali tidak diutus untuk
melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan
Penebar Kasih Sayang. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang
Maha Mulia dan berdoa " Ya Allah ampunikah kaumku , karena mereka tidak
mengetahui ."
Masih dalam waktu
yang sama juga, seorang budak hitam bernama Wahsyi yang dijanjikan oleh tuannya
untuk dimerdekakan bila dapat membunuh
paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul Muththalib r.a , ternyata ia berhasil membunuh
Hamzah dan ia dimerdekakan. kemudian ia masuk Islam dan menghadap kepada Nabi
Saw.
Wahsyi
menceritakan peristiwa pembunuhan hamzah. walaupun Nabi Saw telah menguasai
Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak melakukannya bahkan
memaafkannya. alangkah tingginya akhlak ini.
" Dan
hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. apakah kalian tidak suka Allah
mengampuni kalian ? " (QS. An-Nuur ; 22)