Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya ”. ( Q.S. Al-Isra’ : 27 )
“Kebahagiaan Tidak Terletak Pada Hidup Yang Berlebihan
Tetapi Ada Pada Hidup Yang Berkecukupan”.
”Hidup apa adanya
berarti kita telah mampu menjauhkan diri dari sifat dengki”
Pada zaman dahulu
ada seorang yang kaya raya, namun sayang ia sangat sombong dan tidak peduli
terhadap sesama, dirinya selalu dilayani oleh para pelayan dan orangnya pun
sangat kasar terhadap siapa saja. Ia hidup dalam kemewahan tanpa peduli kepada
orang miskin.
Pada satu hari
datang seorang pengemis yang kelaparan ingin meminta makanan kepadanya tetapi
dia malah memaki-maki pengemis tersebut. Padahal setiap hari ia selalu membuang
sisa makanan diselokan belakang rumahnya.
”Tuan kasihani
hamba. Hamba dari kemarin belum makan. Tolong berikan sisa-sisa makanan Tuan
kepada hamba” Si pengemis itu memohon dengan suara yang memelas.
”Hei... manusia
tidak berguna. Aku tidak sudi memberi makanan untukmu, lebih baik aku buang
dari pada dikasihkan kepada kamu” Bentak orang kaya itu dan langsung menutup
pintu rapat-rapat. Dirinya tidak mau membagi sedikitpun makanan yang dia punya.
Padahal setiap kali dia makan, lauk yang tersaji dimeja makan sangat banyak dan
tak sekalipun ia menghabiskannya, dan dia pun tidak pernah mau makan sisa nasi
sebelumnya. Begitu jam makan tiba semua yang tersedia diatas meja harus diganti
dengan yang baru.
”Ingatlah Tuan,
Roda kehidupan selalu berputar tak selamanya hidup tuan diatas” Si pengemis pun
dengan langkah yang gontai sambil berlinangan air mata meninggalkan rumah mewah
itu.
Hari-hari
berikutnya, kehidupan orang kaya itu masih tetap sama. Hatinya tidak pernah
terketuk oleh rasa kemanusiaan, yang dia tahu bahwa semua yang dia miliki hanya
bisa dinikmati oleh dirinya sendiri.
Sampailah pada
satu waktu, tempat ia tinggal mengalami goncangan gempa yang hebat, seluruh
penduduk pun segera meninggalkan rumah untuk menghindari tertimpanya robohan
bangunan. Demikian juga dengan para pelayannya masing-masing berusaha
menyelamatkan diri tanpa peduli kepadanya. Tapi orang kaya ini selamat juga
berkat jerih payahnya, namun segala kekayaannya musnah ditelan bumi. Dan hanya
sekejap dia pun menjelma menjadi orang miskin.
Sehari, dua hari
dirinya masih bertahan tetapi begitu masuk hari ketiga ia pun tidak mampu
melawan rasa lapar. Kepalanya pun mulai berkunang-kunang dan badanpun mulai
terasa sakit. Maklumlah dirinya yang selama ini hidup laksana tinggal diistanan,
tiba-tiba harus menjadi gelandangan tentu tidak gampang untuk menyesuaikan
diri, sudah tidak ada lagi keangkuhan yang terpancar dari pandangan mata yang
penuh kebencian setiap kali dirinya didatangi para pengemis yang minta belas
kasihannya.
Ia pun sudah
tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan saat itu pula, Ia melihat ada
segerombolan pengemis yang sedang meminta-minta dirinya pun memutuskan untuk
bergabung. Akan tetapi keberadaannya tidak diterima, para pengemis yang pernah
disakitpun ingin membalas semua yang pernah mereka terima. Ia dihajar
habis-habisan dan diludahi oleh para pengemis itu.
”Ini kan orang
kaya yang sombong itu” Ucap para pengemis.
Dirinya makin
tidak berdaya dan meratapi nasib yang menimpa dirinya, sambil menahan rasa
lapar dan sakit disekujur tubuh ia duduk dipinggir jalan. Ia tidak pernah
menyangka bahwa ia pun akan mengalami kesusahan. Tidak lama kemudian
pandangannya pun menjadi gelap dan detik berikutnya dia pun tidak sadarkan
diri. Dan begitu tersadar ia mendapatkan dirinya sudah ada disebuah gudang tua
yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bekas gudang makanan pun tidak luput
dair goncangan gempa. Namun tidak separah rumahnya yang rata dengan tanah, Ia
masih merasakan lapar yang luar biasa.
Tiba-tiba dari
balik pintu muncul seorang yang ia kenal membawa semangkuk nasi.
”Makanlah.
Tampaknya tuan sudah beberapa hari tidak makan”
”Te...terima
kasih” Ucapnya dengan nada terbata-bata dan sedikit ragu untuk menerima
semangkuk nasi yang disodorkan kepadanya.
”Tuan tidak usah
berterima kasih. Apa yang tuan makan sekarang sesungguhnya makanan Tuan
sendiri”
”Maksudnya?” Ia
bertanya kebingungan.
”Nasi ini, saya
dapatkan dari selokan belakang rumah Tuan, setiap hari saya pergi keselokan
belakang rumah Tuan dan mengambil sisa-sisa makanan yang Tuan buang, kemudian
saya cuci bersih lalu saya jemur. Dan disaat ini semua hampir kekurangan
makanan, saya tidak mengalami dan masih berbagi kepada orang lain”
Dan orang itu ternyata adalah
seorang pengemis tua yang pernah beberapa tahun yang lalu saat mengemis didepan
rumahnya, kemudian orang kaya yang sudah tidak punya apa-apa itu pun meminta
maaf kepada pengemis tersebut dan menyesali semua sikapnya terdahulu.
”Orang Yang
Menghambur-hamburkan Apa Yang Dia Miliki Sesungguhnya Ia Adalah Manusia Yang
Tidak Mensyukuri Karunia Yang Diberikan Kepadanya”
Sahabat, Memang
benar bahwa roda kehidupan selalu berputar. Tidak selamanya kita selalu ada
diatas. Untuk itu saat kita diatas ingatlah bahwa mungkin satu saat kita akan
dibawah. Dengan demikian kita tidak akan menjadi lupa diri.
Apapun yang kita miliki
dan seberapapun banyaknya hiduplah sewajarnya, Jangan menghambur-hamburkan
sesuatu yang kita miliki, tidak hidup dalam mubazir dan pemborosan. Persiapkan
diri untuk menghadapi disaat giliran kita dibawah agar kita tidak kekurangan
apapun, memanjakan diri atau
menyenangkan diri tentu tidak ada salahnya selama itu masih didalam batas
kewajaran.
Dan tidak ada
salahnya apa yang kita punya kita bagi dengan orang lain.
DALAM HIDUP TIDAK
ADA ORANG YANG MENJADI MISKIN GARA-GARA KITA MEMBANTU ORANG LAIN. Kita Tidak
Pernah Tahu Apa Yang Terjadi Besok, Hari Ini Kita Membantu Orang Bukan Tidak
Mungkin Besok Justru Kita Dibantu, Seperti Kata Pepatah ”BUNGA PUN TIDAK MEKAR
SEPANJANG TAHUN ”
Dengan segala apa
yang kita miliki, kita tidak perlu menjadi manusia yang angkuh, menyakiti orang
lain dengan segala kemewahan yang kita miliki, jangan menari diatas penderitaan
orang lain, serta kita juga tidak perlu menciptakan status sosial yang
menimbulkan kecemburuan sosial
Sahabat, alangkah
lebih baiknya saat hati senang kita ingat diwaktu susah. Ketika kita bisa
melahap segala macam makanan enak jangan lupa diluar sana masih banyak yang
menjerit kelaparan, kita bisa memakai pakaian yang bagus jangan lupa masih
banyak yang kedinginan, saat kita bisa tidur nyenyak kita harus selalu ingat
masih banyak orang yang menjadikan bumi sebagai alas dan langit sebagai atap
rumah.
Manusia hidup
dimana-mana sama bahwa kemampuan manusia ada batasnya termasuk kemampuan untuk
memberikan penghidupan kepada diri sendiri, sebagai contoh kemampuan perut kita
pun ada batasnya, disaat kita kenyang maka kita pun enggan untuk makan lagi dan
seribu satu macam makanan enak pun sudah tidak berarti kemudian makanan itu
menjadi basi sehabis itu pun menjadi sampah. Intinya penuhilah kebutuhan kita
secukupnya, jangan menyediakan sesuatu di luar keperluan kebutuhan itu sendiri.
Bila kita lebih, tidak ada salahnya kita bagi dengan orang lain dan kita simpan
karena satu saat kita pasti membutuhkannya.
Menjemput rejeki
sebanyak-banyaknya memang perlu, namun hidup hemat juga perlu. Agar kelak kita
dapat menggunakannya ketika kita sudah tidak mampu menjemput rejeki lagi
sehingga kita tidak perlu menggantungkan hidup kepada orang lain.
Hidup secara
berlebihan tidak sehat buat kesehatan, maka terlalu banyak dan enak tanpa
peduli apa yang dimakan akan menimbulkan penyakit, kemana-mana jauh dekat
selalu naik mobil mewah akan menyebabkan badan menjadi kaku, terlalu banyak
tidur pun akan menyebabkan peredaran darah menjadi tidak lancar, sejatinya
jangan sampai segala harta dan kekayaan akan membuat kita sulit baik jasmani
maupun rohani.
Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.Ibrahim :7 )