Al itsar atau mengutamakan orang lain adalah tindakan yang disunahkan
oleh Rasulullah SAW. Perilaku ini merupakan wujud persaudaraan sejati
sesama Muslim. Itsar memiliki nilai yang mulia di sisi Allah.
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia
bermaksud meminta bantuan kepada Nabi karena sedang dalam kesusahan.
Rasulullah kemudian menyuruh laki-laki itu untuk menemui salah satu
istrinya. Maka istri Rasul berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu
dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air.” Mendengar itu,
Rasul menyuruh laki-laki itu kepada istri beliau yang lain. Ternyata,
hasilnya sama. Istri Rasulullah hanya punya air.
Rasul kemudian bersabda di hadapan para sahabat, “Siapa yang mau
menjamu tamu pada malam ini?” Seorang laki-laki dari kaum Anshar
menyanggupinya. “Aku, ya Rasul.” Orang Anshar ini lalu membawa laki-laki
tersebut ke rumahnya.
Sesampai di rumah ia berkata kepada istrinya, “Wahai istriku,
muliakanlah tamu Rasulullah ini. Apakah engkau punya sesuatu?” Istrinya
menjawab, “Tidak, kecuali makanan anak-anak kita.”
Mendengar jawaban istrinya, orang Anshar ini tidak lantas mengusir
sang tamu. Ia berpesan kepada istrinya, “Hiburlah mereka (anak-anaknya).
Jika mereka mau makan malam maka tidurkanlah. Jika tamu kita sudah
masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita
sedang makan.”
Tamu itu pun datang. Mereka semua duduk. Tamu itu pun makan dalam
keadaan gelap. Orang Anshar dan istrinya menemani sang tamu, seolah-olah
sedang makan pula. Akhirnya sahabat Anshar dan istrinya itu tidur dalam
keadaan lapar.
Ketika waktu Subuh, sahabat Anshar ini menemui Rasulullah SAW dan
menceritakan perbuatannya. Nabi pun berkata, “Allah sungguh takjub
karena perbuatan engkau bersama istrimu tadi malam pada saat menjamu
tamu.” (Mutafaq alaih)
Alangkah indah jika karakter itsar muncul sekarang. Apalagi banyak
anggota masyarakat yang mengalami kesusahan hidup. Itsar mendorong kita
untuk mau menekan ego dan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang
lain.
Memang tidak bisa dimungkiri, kini justru karakter mementingkan diri
sendiri yang mendominasi kehidupan kita. Namun, bukan berarti itsar
tidak bisa kita lakukan. “… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya….” (QS Saba [34]: 39).