Bismillahi
minal Awwali wal Akhiri ... Air matanya meleleh tak henti-hentinya saat
sahabat saya ini menceritakan kisah yang ia alami. Sayapun tak dapat
berkata apa-apa dan hanya membiarkan sahabat saya menceritakan semua
yang ia pendam.
Saya biarkan dia menghabiskan seluruh
cerita haru ini hingga tuntas, karena saya tahu hati sahabat saya ini
sedang dipenuhi dengan kesedihan yang luar biasa, karena kisah ini
menyangkut seseorang yang pernah ia kenal dalam hidupnya.
Walau
perkenalan itu tak berlangsung lama namun menyisakan kesan yang
mendalam dan hikmah yang luar biasa bagi kami, yang kadang atau bahkan
terlalu sering tidak menyangka bahwa Kehendak Allah ada diluar jangkauan
pikiran manusia.
Saat dia menceritakan tentang seorang
laki-laki muda bertatto yang pernah dia kenal kepada saya, belum lama
sahabat saya ini baru saja mendapat kabar bahwa kawannya itu telah
menghadap Rahmatullah.
Kawannya, yang pernah ia ajak
kepada iman dan agama itu telah mendahului kami semua, jauh diluar sana
di kota lain, karena laki-laki muda bertatto itu telah meninggal di
medan perjuangan.
Kisah ini telah ia posting di blog
miliknya, dan bagi saya pribadi walau saya telah mendengar secara
langsung sebelum sahabat saya ini menuliskannya dan mempostingnya, tak
henti rasa haru itu singgah dihati saya ketika membacanya.
Bagi
kami, menjumpai orang-orang yang telah sadar dari dunianya yang kelam,
dan telah insyaf serta bertaubat atas perbuatannya di masa lalu sudah
bukan sekali atau dua kali. Di kota kecil tempat saya tinggalpun ada
orang-orang yang telah sadar dan insyaf dan sekarang berusaha meraih
kebahagiaan melalui agama dan amal.
Berusaha sekeras
mungkin memperbaiki dirinya dengan segala kesungguhan, dan bahkan
seringkali membuat kami sadar bahwa merekapun berhak atas Hidayah Allah
yang mahal.
Mereka berhak hidup layak sebagaimana kita,
dan bukan seharusnya diasingkan atau dijauhi, karena merekapun adalah
hamba Allah yang sama-sama masih memiliki kalimat iman.
Mereka
mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih Surga. Malah kadang-kadang
atas kesungguhan usahanya memperbaiki dirinya mereka telah jauh
melampaui kita semua.
Siapa yang tahu akan hal ini,
karena taqwa yang tahu hanyalah Allah semata. Amal siapa yang bakal
Allah terima hanyalah Allah yang Maha Tahu. Atas ijin sahabat saya, maka
kisah yang telah ia posting saya copy paste-kan ke dalam FB ini,
berikut tulisannya :
"Kenapa Allah swt hadirkan gelap!
Agar kita tahu bahwa dengan terang segalanya akan terlihat jelas, lantas
kenapa Allah swt hadirkan masa lalu yang suram dalam hidup kita ! agar
kita sadar bahwa hidayah itu suatu yang mahal, yang Allah swt berikan
kepada siapa saja yang mau membuka hati untuk perkara hidayah. Karena
setiap orang, ya setiap orang tanpa kecuali, lepas apakah dia seorang
yang memiliki kepahaman agama yang tinggi atau hanya seorang ahli
maksiat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh hidayah, tinggal
seberapa jauh kita mau meraih dan mempertahankan hidayah tersebut.
Beberapa
waktu yang lalu , Allah swt betul-betul telah “menampar” saya dalam
artian yang sesungguhnya. Melalui kepergian seorang sahabat, Allah
seakan ingin menunjukan bahwa hidayah dan surga bukan milik sekelompok
orang, melainkan milik setiap orang yang dengan hati hancur datang
kedepan pintu-Nya, berharap memperoleh kasih-Nya.
Betapa
adilnya Allah dan betapa beruntungnya sahabat saya, karena Allah telah
pilih dia kembali kepada-Nya dalam keadaan memperbaiki diri dirumah-Nya
dalam balutan malam yang tenang, yang hanya Allah dan malaikat-Nya yang
mengetahui bagaimana perjuangan almarhum sahabat saya meninggal dunia
dalam pertobatannya.
Ketika pertama kali bertemu
dengannya, saya memandang hanya dengan sebelah mata, iblis telah
menguasai hati saya , sehingga perasaan lebih baik darinya yang waktu
itu muncul, tapi keinginan untuk menjadi lebih baik yang datang dari
hatinya menghantarkan dia pada pintu hidayah-Nya.
Pagi itu
seperti bulan-bulan sebelumnya, saya dan beberapa teman mengadakan
program perbaikan diri dengan cara beritikaf dimasjid sekitar tempat
tinggal untuk belajar dakwah. Dan seperti biasa pula setiap pagi
diadakan taklim pagi, dimana dibacakan kisah-kisah para sahabat Nabi dan
perbaikan cara membaca alqur’an.
Selama mejalani program
taklim, mata saya seakan sulit diajak kompromi, begitu berat untuk di
buka, bukan karena malam sebelumnya saya banyak melakukan sholat malam,
melainkan begitu banyaknya dosa yang ada di diri saya sehingga dalam
majelis ilmu saya masih juga mengantuk. Seperti biasa setiap taklim pagi
maka di buat jaulah taklim (berkeliling di sekitar lingkungan masjid
untuk mengajak orang duduk dalam majelis taklim).
Saya
dan seorang teman mendapatkan tugas jaulah taklim. Dan garis nasib
menghantarkan saya bertemu dengan sekelompok pemuda yang satu
diantaranya menjadi sahabat saya. Beberapa orang dari pemuda itu mencoba
pergi ketika melihat saya dan teman saya mendekat , mungkin mereka
fikir kami kelompok Islam garis keras yang mencoba mengganggu keasikan
mereka, tinggal seorang pemuda yang tetap berada di situ. Kami mencoba
memperkenalkan diri dan menerangkan maksud tujuan kami datang menemui
dirinya serta kami mengajaknya sama-sama ke masjid untuk duduk dalam
majelis taklim yang baru saja di mulai.
Pemuda itu hanya
diam, entah apa yang ada di benaknya, apakah dia berpikir saya dan teman
saya hanyalah sekelompok orang yang mengganggu kesenangan dirinya atau
entahlah mungkin hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
Saya
mulai aga kesal karena dirinya seperti tiada reaksi sama sekali, dia
hanya tertunduk tanpa berani beradu pandang, beberapa saat sebelum kami
undur diri untuk kembali ke masjid, tiba-tiba pemuda tersebut akhirnya
buka suara, “ Apa boleh orang bertatto ke masjid ?“, tanyanya waktu itu,
lantas saya menjawab boleh asal dalam keadaan suci dari najis, siapa
saja asalkan dia muslim boleh ke masjid.
Dia hanya diam,
saya seperti mendapatkan angin untuk terus berusaha agar dia mau ikut ke
masjid, saya mulai bercerita banyak hal tentang kisah-kisah para
sahabat nabi yang ketika masa jahiliyah begitu jahil, tapi setelah
mereka bertaubat mereka menjadi ahli-ahli surga.
Akhirnya
dirinya mau ikut ke masjid bersama kami, setelah membersihkan diri dan
mengenakan pakaian yang saya pinjamkan ia duduk bersama kami
mendengarkan taklim pagi, betapa gembiranya hati saya ketika akhirnya ia
mau ikut ke masjid, tak ada kata-kata yang sebanding dengan perasaan
saya pada waktu itu, mungkin hanya orang-orang yang pernah terjun
langsung tahu bagaimana sulitnya berdakwah di tengah-tengah manusia
untuk mengajak mereka kembali kepada Allah dan ketika satu diantara
mereka mau kembali taat kepada Allah, rasanya dunia dan isinya tak
sebanding dengan perasaan senang yang ada di diri kita.
Lepas
bada zuhur, dirinya mendekati saya dan menanyakan apakah dirinya boleh
bergabung dengan kami, dan tentu saja boleh karena dakwah adalah tugas
setiap umat Islam tanpa kecuali, kalau hewan yang lebih rendah dari
manusia boleh berdakwah bahkan di abadikan dalam alqur’an (semut, burung
hud-hud dll.) apalagi manusia yang mempunyai tugas sebagai
khalifatullah di muka bumi jelas lebih boleh lagi untuk berdakwah.
Dengan berdakwah Allah swt akan perbaiki diri kita seperti yang terjadi
pada diri para Nabi dan sahabatnya dan hal tersebut yang juga akan
terjadi pada diri setiap orang yang mengambil kerja dakwah sebagai jalan
hidupnya.
Sepanjang hari ia hanya diam, mungkin proses
hidayah sedang terjadi pada dirinya, dan lepas tengah malam, saya
menemuinya sedang menangis berurai air mata di pojok mesjid, saya tak
berani mendekat dan hanya melihat dari kejauhan. Pemandangan yang sangat
indah, dimana pada pagi hari dirinya masih bermaksiat kepada Allah swt
tapi pada malamnya ia sedang menangisi dosa-dosanya. Saya menjadi malu
terhadap diri sendiri, seakan saya merindukan saat-saat seperti itu,
dimana begitu nikmatnya melewati malam berdua dengan-Nya, bermunajad
dihadapan-Nya dengan air mata dan hati yang hancur.
Beberapa
bulan setelah kejadian itu saya tidak lagi bertemu dengan almarhum,
karena memang tempat tinggal dan kesibukan kami yang tidak memungkinkan,
tapi kami masih tetap berhubungan via telpon , sampai akhirnya 2 minggu
yang lalu saya bertemu dengan dirinya di salah satu mesjid tua di
kawasan kebun jeruk Jakarta Pusat.
“Ane mau belajar dakwah
40 hari “ ucapnya. Saya hanya bisa tersenyum bahagia mendengar
penuturannya. “ Routenya kemana ? “ Tanya saya. “Belum diputus, besok
pagi selepas bayan subuh baru ketahuan routenya, karena ane gabung
dengan jamaah yang lain” jawabnya singkat.
Sesaat
kemudian dirinya bertanya hal yang sama seperti saat kami pertama kali
bertemu. “ Apa di surga ada orang yang bertatto?” tanyanya dengan aga
ragu.
Dan sekali lagi saya yang sombong , yang angkuh
yang ahli maksiat tapi sok bersih menjawab dengan ringannya tanpa
mencerna dan berpikir lebih jauh tentang pertanyaan Almarhum tersebut.
“Mana
ada di surga orang yang bertatto, kalau di neraka banyak”. Jawab saya,
dan almarhum hanya tertunduk sedih, saya segera menyadari kesalahan saya
dan meralat ucapan saya
“Tapi ente tenang aja kalau ente
tetep buat dakwah , nanti ente juga akan masuk surga dan Allah sendiri
yang akan menghapus tatto ente”.
Almarhum sahabat saya
tersenyum bahagia dengan jawaban saya, senyum yang terakhir yang saya
lihat, karena saya tidak akan pernah melihat senyumnya lagi, sebuah sms
saya terima malam kemarin yang mengabarkan ia telah meninggal dunia
ketika dirinya sedang berlajar berdakwah, islah diri, belajar menjadi
hamba yang taat, belajar mencintai Allah swt dan Rasul-Nya.
Selepas
bersilaturahmi bada isya almarhum pamit dengan amir jamaah untuk tidur
lebih awal karena kondisi badannya yang kurang baik, dan mendekati subuh
terlihat almarhum masih tertidur, dan ketika salah satu rekan mencoba
membangunkannya ternyata almarhum telah tiada, pergi meninggalkan dunia
untuk bertemu Allah swt bertemu dengan sosok yang dicintainya yaitu
Rasulullah saw dan para sahabat-nya, meninggalkan dunia pada saat
pertobatannya. Kematian yang indah, yang selalu saya rindukan, mati di
jalan-Nya, mati ketika mencoba meraih cinta-Nya.
Selamat
jalan sahabat, di surga memang tiada akan ada pria bertatto, yang ada
hanya pria tampan, yang suka miscall tengah malam untuk bangunin
tahajud, yang suka bangun malam dan nangis kaya anak kecil, yang suka
bikin gw kesel karena selalu berantakan kalau makan berjamaah, yang suka
tiba-tiba batalin janji pada hal udah jauh-jauh hari dibuat. Kita
memang gak akan pernah ketemu lagi di dunia, Dan elo gak bisa baca
tulisan gw lagi, pada hal elo pengen banget kita sama-sama hadir ijtima
Bulan Juli nanti dan elo pengen banget ngerasin duduk di bawah tenda dan
poto elo gw tampilin di blog jelek gw ini, tapi rasanya itu cuma mimpi,
karena pastinya gak akan bisa terjadi. Sekarang elo dah tenang di sana,
tugas elo di dunia dah selesai, tinggal gw yang masih gamang dengan
jalan hidup sendiri.
Selamat jalan sahabat, semoga Allah
selalu menjaga dan menerima tobat dirimu. Semoga kami yang di tinggalkan
dapat memetik banyak pelajaran dari perjalanan hidupmu. Dan semoga
Allah swt kekalkan kami dalam usaha dakwah, dakwah sebagai maksud hidup,
hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah.
Alloh humma firlahu war hamhu wa afi’i wa’fuanhu. Amin."
Marilah Setiap detak-detik jantung.., selalu kita isi dengan..
Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...