Sahabat, Bagaimanakah sikap kita ketika melihat anak kita
terlahir CACAT ?
Apa yang bisa
kita rasakan ketika melihat teman atau saudara kita CACAT ?
Apa yang bisa
kita perbuat dengan orang-orang yang CACAT disekitar kita ?
Dan bagaimanakah
sikap kita ketika tiba-tiba diri kita juga CACAT ?
Mungkin cacat
fisik atau cacat mental dan bisa jadi juga cacat kehidupannya !
Ketika kita tidak
mempu merasakan dan tidak berempati sedikitpun terhadap kecacatan disekitar
kita, maka sebenarnya kita adalah orang cacat, cacat Qolbu kita, cacat Jantung
kita dan cacat Perasaan kita, Adakah diantara kita yang tidak cacat ?
Kata Nabi
SAW bahwa, Di dalam tubuh kita ini ada
segumpal daging, jika ia cacat maka cacatlah seluruh infrastruktur dan sistem
tubuh kita. Tetapi jika ia baik maka baiklah seluruh infrastruktur dan sistem
tubuh kita. Ketahuilah daging itu adalah JANTUNG (QOLB ).
Manusia manakah
yang mampu mengatur dan mengendalikan Jantung ? kapan dia harus berdetak dan
kapan saatnya harus berhenti total ? hanyalah
Allah Sang Maha Pencipta Pemelihara Seluruh Alam Semesta.
Fisikal kita
boleh saja cacat asal Jantung ( Qolb ) kita tidak cacat, lalu nutrisi apakah
yang membuat Jantung kita selalu sehat sepanjang hayat ? ” alaa bidzikrillahi
tathmainnul quluub ” ( Ketahuilah hanya dengan MENGINGAT ALLAH sajalah Jantung
kita menjadi tenang/stabil ).
Nutrisi Jantung
(Qolb) bukanlah kekayaan yang melimpah, bukan jabatan yang melangit, bukan nama
dan keluarga yang dibesar-besarkan tetapi INGAT ALLAH artinya senantiasa barada
dalam rel-rel ATURAN ALLAH ketika melaksanakan segala bentuk aktifitas
kehidupan kita.
Apa yang terjadi
jika ada selain Allah yang harus dibesar-besarkan ? inilah kisahnya !
“Huuu….uuura,
hore.. yes !”
Teriakan gembira
dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun
menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi
ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang
terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya
tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa
membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut
tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya
telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal
kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia,
dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya
diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal
diseluruh ibukota.
Siang harinya si
Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: “Bu
bolehkah saya membawa kawan baik saya?”
Ibu: “Oh sudah
tentu, rumah kita cukup besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan
segan-segan bawalah!”
Si Anak: “Tetapi
kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?”
Ibu: “……oooh
tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?” - nada
suaranya sudah agak menurun
Si Anak: “Ia
kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”
Si Ibu dengan
nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya
untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?”
Si Anak: “…tetapi
masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu
wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus
terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau,
sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan
tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan
nada kecewa dan kesal: “Na…ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita,
untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang
bayar nanti biaya penginapannya ya !”
Si Anak: “…tetap
ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”
Si Ibu: “Cobalah
renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan
kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang
berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan
malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka
nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum
dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan
martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari
ayahmu nanti.”
Tanpa ada jawaban
lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
Orang tua dari
kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak
tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung,
disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh
pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang
kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat
dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan
kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka
mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda
tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka
kehilangan putera tunggalnya !
Kita akan menilai
bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status
mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain
dari mereka?
Apakah Kita masih
tetap mau berkawan
……. dengan orang
cacad?
……..yang bukan
karena cacad tubuh saja?
……. tetapi cacad mental atau
……..cacad status atau cacad nama atau
……..cacad latar
belakang kehidupannya?
Apakah Kita masih
tetap mau berkawan dengan orang
…….yang jatuh
miskin?
…… yang kena
penyakit AIDS?
…….yang bekas
pelacur?
…….yang tidak
punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan
agama?
Jawabannya hanya
kita dan Sang Pencipta saja yang
mengetahunya?!
maka “SIKAP” Kita
dalam memandang suatu hal harus kita
ubah menjadi yang lebih baik atau lebih positif.dan hanya orang-orang yang
jantungnya sehat sajalah yang mampu berfikir dan bersikap lebih positif
terhadap segala sesuatu.