” Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena ria' ( pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan Hari Akhirat. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir ”
( Al-Baqoroh : 264 ).
Sahabat, Menjadi Seorang
Dermawan tidak harus menunggu harta bertumpuk, Gaji dan Bonus berlipat atau
angka di rekening menjadi 12 digit lebih, masih ingat kisah Bu Ela yang
mendapatkan Uang Kaget dari RCTI ? beliau punya penghasilan Rp.7.000,- per hari
dari hasil mengais barang bekas namun beliau mampu bersedekah Rp.2000,- per
hari sebagai ONGKOS KE AKHIRAT beliau.
Di suatu
perkampungan tinggal seorang yang sangat kaya dan orang itu juga terkenal
dengan sangat dermawan. Dirinya tidak pernah segan-segan menolong siapa saja
yang membutuhkan, ia tidak pandang bulu. Namun dibalik kekayaan yang ia miliki,
dirinya tidak memamerkan harta yang dia punya dan dia pun selalu berpenampilan
sangat bersahaja.
Pada suatu hari
dia didatangi oleh salah seorang penduduk sekampung dan dia pun menyambutnya
dengan sangat ramah, padahal penduduk itu sangat miskin.
Penduduk miskin
tersebut terkesan buru-buru dan membuat si dermawan itu sedikit
bingung.
”Tuan apa yang
bisa aku bantu?” Sapa si pemilik rumah dengan santun.
”Kali ini aku
datang tidak meminta batuan apa pun, aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada
tuan” Jawab si tamu dengan suara yang tenang sembari menatap tajam
kepada orang yang
ada dihadapannya, mendapatkan dirinya ditatap seperti itu, dirinya tetap tenang
dan tersenyum, karena memang iniah pembawanya sehari-hari.
”Kalau begitu
silahkan Tuan bertanya”
”Tuan begitu kaya
raya, kenapa Tuan tidak pernah menceritakan kekayaan Tuan kepada
Penduduk disini?”
”Ha... Ha...Ha...
” Sang dermawan hanya tertawa keras.
”Mengapa Tuan
Tertawa” Tanya penduduk miskin yang sudah mulai renta itu dengan
Raut yang tidak
senang.
”Aku tertawa,
karena tidak paham maksud pertanyaan tuan
”Dikampung ini orang
kaya bukan hanya Tuan saja, dan semua
orang kaya di sini selalu
membanggakan
kekayaannya sehingga kami menjadi tahu seberapa kaya mereka,sedangkan Tuan, kami
tidak pernah tahu seberapa banyak kekayaan yang tuan miliki” Mendapatkan
jawaban itu si Dermawan terdiam dan mencerna setiap kata yang didengarnya lalu
dirinya tiba-tiba menarik nafas dalam-dalam, memandang jauh kedepan sehingga
yang bertanyapun semakin penasaran.
”Dulu aku juga pernah
menjadi orang kaya, aku selalu bercerita kepada semua orang yang aku temui
tentang apa yang aku miliki. Bahkan tidak jarang aku melebih-lebihkan. dan
setelah bercerita aku begitu bangga” Lanjut penduduk miskin yang belum
mendapatkan penjelasan, dirinya mempertegas bahwa dengan bercerita tentang
kekayaan yang kita punya akan membuat bangga. Makanya aku heran mengapa Tuan
tidak melakukan hal yang sama seperti dirinya dulu atau seperti orang kaya yang
ada sekarang.
”Ayolah Tuan
bercerita sekali ini saja dan aku berjanji aku tidak akan membocorkan
berapa banyak
harta yang tuan miliki” kali ini dia ganti strategi merayu dan berharap
Orang kaya yang
ada didepannya mau membocorkan rahasia kekayaannya.
”Maaf Tuan, Aku
tidak punya apa-apa yang bisa diceritakan,dan kalaupun ada aku malu
Memberi tahu
kepada tuan, sebab apa yang aku miliki hanya sebutir debu dibandingkan
Yang Maha Kaya
aku harap tuan memaklumi” Si dermawan pun akhirnya memberikan
Jawaban, saat itu
pula penduduk miskin itu tersadar, mengapa selama ini si Dermawan
tidak pernah
menggembor-gemborkan harta kekayaanya .
”Ternyata Tuan
tidak hanya kaya, tetapi juga bijak” Puji penduduk miskin tersebut yang
diwajahnya
tergambar ada semacam penyesalan dalam dirinya kemudian dirinya
melanjutkan
ucapannya. ”Andaikan waktu itu bisa diputar kembali aku pun ingin seperti Tuan”
. ”Tuan terlalu berlebihan, Percayalah Tuan. ” KITA PUNYA BATANG EMAS, ORANG
LAIN PASTI PUNYA TIMBANGANNYA”
Sahabat,
Kita memang
sering mendapatkan orang-orang yang selalu membangga-banggakan apa yang dia
miliki, seorang Ibu yang memuji-muji anaknya didepan orang lain, para intelek
yang bercerita tentang kepintarannya dan orang kaya yang merasa dirinya paling
hebat. Namun tanpa disadari bahwa yang mereka ucapkan akan tinggal menjadi
kisah usang yang tidak bernilai.
Banyak pula orang
yang melebih-lebihkan dari apa yang dimiliki, mereka tidak
mau terlihat
biasa, mereka gengsi mengakui keberadaan yang sesungguhnya, sehingga
mereka
beranggapan dengan seperti itu mereka bisa menutupi yang sebenarnya.
tanpa mereka
sadari mereka pun menjadi bagian dari orang yang ” Tong kosong nyaring
bunyinya”. Begitu
omongan mereka tidak terbukti dan diketahui orang lain maka
mereka pun mendapatkan
masalah baru yaitu harus menanggung malu.
Sejatinya hidup
kita tidak perlu membangga-banggakan dengan apa yang kita
punya. Seperti
pepatah ”DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT”.Takkan ada gunanya kita pamer kepada
orang lain. Apa yang kita miliki entah itu ilmu, keluarga maupun harta biarkan
orang lain yang menilainya.
Percayalah kita
tidak akan kehilangan kehormatan dan kita juga tidak pernah
takut bahwa orang
tidak mengenal siapa kita sesengguhnya. Orang jauh lebih jeli yang ada pada diri
kita dan siapa kita sesungguhnya. Banyak orang mendapatkan malu akibat ulahnya
sendiri, banyak juga yang hidup tidak tenang akibat perkataannya, merekalah
yang selalu bersaha menutupi kenyataan yang ada. Dengan demikian bukankah akan
menambah masalah baru dalam hidup ini?
Sahabat,
bandingkan ember yang terisi air hanya setengah dengan ember yang terisi penuh,
saat terjadi benturan pasti goncangan pada air yang terisi setengah itu lebih hebat. Hal ini menggambarkan bahwa
apa yang sering kita dengar dari orang yang
hanya memiliki
kemampuan setengah-setengah jauh lebih dahsyat, sedangkan orang
yang mampu akan
menjadi seperti padi ” Semakin berisi semakin merunduk”.
Sekali lagi kita
tidak perlu menilai diri sendiri, biarkan orang lain yang menilai
Karena sesungguhnya
merekalah yang lebih paham baik buruknya kita. Dan Allah SWT Maha Tahu apa yang
kita sembunyikan dan apa yang kita pamerkan.
” Tidak diragukan
lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa
yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong.” (An-Nahl :23 )
” Tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala
yang mereka nyatakan? ”. ( Al-Baqoroh :77 )