" Kesejahteraan Hidup Boleh Dicari, Asalkan.. "
Seorang arif melihat setan dalam keadaan telanjang di tengah-tengah
masyarakat. “Hai makhluk yang tak punya malu, mengapa kamu telanjang di
hadapan manusia?” tegur sang arif. “Mereka bukan manusia, mereka kera.”
Sesungguhnya sudah sejak lama Al-Ghazali menulis dalam Ihya`, Dzahaban
naas wa baqiyan nasnaas (Telah pergi manusia, yang tertinggal hanya
kera) “Jika kamu ingin melihat manusia, ikutlah aku ke pasar,” lanjut
sang setan.
Orang arif itu lalu pergi bersama setan ke pasar. Sesampainya di
pasar, setan itu menjelma seorang laki-laki dan langsung menuju ke toko
yang paling besar. Toko itu hanya menjual permata yang berkualitas
tinggi dengan harga yang amat mahal.
“Coba lihat permata itu,” kata setan kepada pemilik toko sambil
menunjuk permata yang paling besar. Pemilik toko mengambil permata itu
lalu menyerahkannya kepada setan. Ketika permata berpindah ke tangan
setan, pemilik toko mendengar muadzin menyerukan: hayya `alash sholaah
(Marilah salat) Pemilik toko segera mengambil kembali permatanya. “Kamu
pasti setan. Tak ada yang datang pada waktu seperti ini kecuali setan,”
kata pemilik toko. Kemudian ia mengusir si setan. Setelah setan pergi,
ia lalu menghancurkan permata itu dengan batu.